Dampak COVID-19, Mahasiswa Aceh Di Sudan Butuh Perhatian Khusus Pemerintah

Laporan: REDAKSI author photo
Sudan - Berbagai Negara saat ini sedang terserang Wabah Virus Corona COVID-19, akibat dari Virus Corona berbagai Negara  menerapkan penjagaan ketat untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus Corona (COVID-19).

Mahasiswa Aceh di Sudan saat ini sedang menghadapi musibah virus Corona, sebagaimana diketahui bahwa wabah virus ini awalnya muncul dari Wuhan Cina dan sekarang sudah menyebar hampir ke seluruh Negara di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Sudan, Negeri dua nil di benua Afrika tempat mahasiswa Aceh menempuh pendidikan saat ini. 

Kami mahasiswa dan mahasiswi dari Aceh saat ini berjumlah  sekitar 90-an orang yang terhimpun dalam organisasi Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Sudan dengan ketuanya Muammar Hanafiah Lc, mahasiswa program magister jurusan Hadis pada International University  of Africa.

Dimana kampus ini merupakan dominasi terbanyak tempat mahasiswa Aceh belajar saat ini, disamping kampus kampus lainnya di barbagai jenjang pendidikan dari S1, S2, dan S3 baik didalam maupun luar Khartoum sendiri, seperti Bakht Al Rudha University di Dueim, University of Gezira di Wad Madani, Khartoum International Institute For Arabic Language, dan Omdurman Islamic University. 

Sudan  juga merupakan salah satu negara yang sedang mengalami pandemik virus corona, setiap hari di beritakan bahwa korban yang terpapar semakin bertambah, meskipun sejak tanggal 18 Maret 2020 pemerintah sudah memberlakukan lockdown bandara dan memberlakukan jam malam untuk pembatasan aktifitas warga.

Sekarang meningkat menjadi lockdown total dan dilarang keluar rumah sejak Sabtu 18 April 2020 serta keadaan darurat dengan menerapkan sanksi bagi yang melanggarnya dengan nominal denda SDG 5.000 sampai SDG 20.000 atau berkisar Rp. 700.000 sd Rp. 2.800.000. 

Muammar selaku ketua Kekeluargaan Mahasiswa Aceh kepada media 
menjelaskan, "tentang kondisi Sudan dimana sejak terjadinya kudeta terhadap presiden Omar Bashir kemudian dilanjutkan oleh pemerintahan transisi, suasana politik dan ekonomi Sudan tidak stabil sehingga kerap terjadi demonstrasi, bentrok antara loyalis pemerintahan lama dengan transisi serta adanya upaya pembunuhan terhadap perdana menteri dan pejabat pemerintahan transisi.

"Akibat dari ketidakstabilan politik dan ekonami serta wabah covid 19 ini, mengakibatkan harga barang melambung tinggi  bahkan para pedagang mengambil celah untuk memainkan harga sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat,"kata Muammar Ketua KMA Sudan.

Lanjutnya, "bahkan kelangkaan bahan bakar kendaraan dan gas LPG untuk dapur bahkan kadang kami harus menggunakan arang untuk masak, kondisi yang demikian mengakibatkan kerawanan keamanan sehingga semakin meningkatnya kasus pencurian dan perampokan terjadi baik pada masyarakat umum maupun mahasiswa.

"Krisis ini diperparah dengan merebaknya wabah covid-19 yang semakin meluas bahkan terjadi rasisme terhadap warga asing khsusnya Asia, dikarenakan wabah ini awal munculnya di Asia, Wuhan Cina.

Jika penyebaran virus corona terus bertambah maka pemerintah Sudan akan sangat kewalahan dalam menghadapi dan mengatasi pandemik ini karena keterbatasan tenaga medis dan peralatan kesehatan. 

Semenjak ditetapkan pasien pertama positif pada Maret 2020, Pemerintah Sudan dan  pihak Universitas meliburkan seluruh aktifitas Kampus hingga batas waktu yang tidak ditentukan, hal ini sangat berdampak pada keberlangsungan proses pendidikan dan keberadaan kami sebagai mahasiswa asing di Sudan. 

"Sebelumnya kami juga sudah mengirimkan surat kepada Plt. Gubernur Aceh Nova Iriansyah dan Pimpinan DPRA untuk memohon perhatian dan bantuan akibat dari krisis dan dampak pandemik yang kami rasakan,"Harap Muammar Ketua KMA.

"Harapan kami kepada pemerintah Aceh, Dan DPRA dapat menyahutinya dan semoga Allah subhanahu wa ta'ala melindungi kita semua,"tutupnya Tgk Akmaluddin, S.Hum selaku sekretaris KMA.
Share:
Komentar

Berita Terkini