AGEN PEMBAWA PERUBAHAN?

Laporan: Tim SA Center

Agen Pembawa Perubahan?
Oleh: Fera Kasim (Mahasiswi STIKOM 22 Januari Kendari)

Hidup Mahasiswa, Hidup Rakyat Indonesia” rasanya tidak asing bukan mendengar doktrin tersebut? tentu kita sering mendengarnya di kehidupan kampus. Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang dimiliki seorang mahasiswa begitu besar. Dimana Pengertian mahasiswa itu adalah orang yang belajar di perguruan tinggi baik di universitas, institut atau akademi dan seorang agen pembawa perubahan yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat bangsa ini. Akan tetapi,masih ada mahsiswa yang tidak sadar atas tugas dan tanggung jawabnya menjadi seorang mahasiswa.

Mahasiswa itu agen perubahan, katanya. Mahasiswa itu generasi intelektual yang masih idealis. Sebenarnya berorganisasi itu sangat bermanfaat tetapi dalam kondisi tersebut para maba tertekan sehingga mereka membabi buta bergabung dengan organisasi yang mana tidak sesuai dengan potensi dan keinginan mereka alhasil mereka tidak mendapatkan manfaatnya secara optimal. Mereka hanyalah korban dari kebiadaban sistem kaderisasi Pelacur Idealisme jadi jangan salahkan mereka. Singkatnya ‘Jika Mereka Tidak Berorganisasi Maka Mereka Takut Tidak Mendapatkan Pekerjaan’ inilah ketakutan mereka yang dijadikan motivasi dalam berorganisasi. sehingga diharapkan saat terjun ke masyarakat, mereka dapat membawa angin segar untuk memperbaiki yang bobrok, iya itu dulu. Akan tetapi sekarang mahasiswa sudah mulai mengalami pergeseran dan mereka lupa tugas dan tanggung jawab yang dimiliki seorang mahasiswa.

Tetapi saat ini tak terihat sedikitpun kegelisahan para mahasiswa di negeri ini, ia merasa tenang dengan keadaannya (zona aman/netral), banyak yang bertanya “apa bedanya mahasiswa dengan kami yang tidak menempuh bangku perkuliahan, ataukah hanya di status kami? Yang tidak dapat memakai seragam dan tidak dapat melanjutkan pendidikan?” Lebih baik tak menjadi mahasiswa, daripada diam dan asik dengan diri sendiri! Mahasiswa selalu di junjung sebagai penyambung lidah rakyat. Sebagai penerus perjuangan para penerus bangsa, yang haus akan penegetahuan, mengkritik setiap kebijakan pemerintah dengan saran-saran yang baik untuk negeri ini. Karena negeri ini butuh pengubah suatu tatanan yang baik.

Dalam dunia yang memang sudah mulai gonjang-ganjing ini, siapa lagi yang akan memegang fungsi kontrol dunia kalau bukan kalangan mahasiswa? Kepada siapa lagi kita akan percayakan tugas pengubah negeri kalau bukan kepada kaum muda terpelajar?. Memang, ilmu itu diatas segalanya. masih ingat bukan tentang cerita Nabi Sulaiman yang lebih memilih ilmu daripada harta dan pangkat?. Hanya orang orang punya ilmu dalam hal ini mahasiswa lah yang mampu menanggapi paradigma dunia dengan sikap yang kritis namun tentu saja solutif.
Mari, kita dukung dan terus tingkatkan pendidikan di negeri kita ini. Mari kita ciptakan lagi para reformator-reformator dan jiwa founding father dalam jiwa para mahasiswa.

Dan, jika kita sendiri adalah seorang mahasiswa, jangan jadikan nama kita sebagai suatu status tanpa arti belaka. Jadikan tempat belajar saat ini sebagai tambang yang wajib kita kuras habis segala ilmu dan pengalamannya.
Jangan jadikan kampus sebagai penjara yang membelengguh, tetapi jadikan kampus sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas, seperti halnya dengan berorganisasi. Kita saat ini tidak terjajah dalam bentuk fisik, tapi kita terjajah dalam bentuk pemikiran. Buku yang seharusnya menjadi teman kita tetapi perlahan di jauhi dengan Gadget yang lebih kita utamakan.

Mahasiswa sekarang mengalami penurunan daya tempur sebagai mahasiswa, mereka lebih banyak menuntut, enggan bekerja keras, inginnya instan, maunya yang gampang, cenderung malas kerja tugas, hedonis, ingin santai tetapi cepat lulus, dan ingin mempunyai IPK yang cetar membahana. Dan wahai mahasiswa sadarlah berapa banyaknya yang suka nitip absen, datang terlambat ke kampus, keluar ruangan dengan sesuka hati, dan bahkan masih ada diantara mereka yang main gadged asik chatting di media sosial pada saat dikusi berlangsung, dan tugasnya pun biasanya instan hasil copy paste dari internet. 

Sungguh tragis mahasiswa sekarang. Dan saya yakin, tidak semua mahasiswa seperti itu. Para mahasiswa sekarang memiliki nilai IPK tinggi-tinggi lambai menjuntai akan tetapi kuliah itu bukan tentang nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Kuliah itu tentang pengalaman, orang-orang yang kalian temui, serta skill yang kalian dapatkan selama kuliah. IPK yang tinggi bukannya tidak penting, sebenarnya penting akan tetapi ada hal yang lebih penting dari sekedar angka-angka IPK itu. Yaitu, kompetensi. Kompetensi adalah sebuah keharusan baik itu teknis, akademis, dan yang paling penting adalah kompetensi sosial (soft skill).

Apasih kompetensi itu ? kompetensi itu sering diartiakan sebagai perangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab. Kompetensi adalah bekal ketika masuk dunia kerja, dan bukan hanya yang berkaitan dengan indeks prestasi. Dan inilah yang paling penting daripada IPK semu dalam studi waktu terburuh-buruh itu. Para pembaca sekalian, kuliah adalah amanah yang di titipkaan tuhan tidak di pundak semua orang. Anda adalah pribadi-pribadi yang di amanahkan tuhan untuk tugas yang sederhana. Jadi silahkan mulai dengan semangat, pengabdian yang keras dan tulus serta jagan kuliah hanya sekedar mencari IPK, tetapi asahlah soft skill anda serta ingat tanggung jawab anda sebagai seorang mahasiswa di negeri tercinta kita.

Email Penulis:
ferak2209@gmail.com
Share:
Komentar

Berita Terkini