Oleh: Rima Linda
Mahasiswa UIN Ar-Raniry
New Normal saat ini sedang ramai diperbincangkan. Bagaimana tidak, pemerintah seakan memaksakan supaya masyarakat harus menerapkan kebijakan baru tersebut. Tapi, apa boleh buat tentu kebijakan tersebut di keluarkan atas dasar kepentingan untuk masyarakat sendiri. Seperti diungkapkan oleh Mentri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, bahwasanya New Normal bertujuan untuk memperkuat dari sisi kesehatan dan juga ekonomi.
Seterusnya, penyesuaian kesehatan dilakukan untuk menekan korban dari Covid-19, sedangkan penyesuaian ekonomi dilakukan untuk menekan korban pemutusan hubungan kerja (PHK) dan memperbaharui sosial ekonomi.
New Normal merupakan langkah untuk menangani Covid-19 dalam bidang kesehatan, social, dan ekonomi. Skenario New Normal dijalankan dengan mempertimbangkan kesiapan daerah dan hasil riset epidemiologis diwilayah terkait. Salah satu penerapan New Normal adalah dengan cara beradaptasi untuk menyesuaikan kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat.
Kegiatan hidup bersih disini adalah rutin cuci tangan pakai sabun, pakai masker saat keluar rumah, dan mengusahakan agar tidak menetap dikerumunan orang. Lalu akankah New Normal akan berjalan secara efektif? Mengenai New Normal memang sebuah langkah yang tepat untuk menstabilkan perekonomian negara, namun pemerintah juga harus mengantisipasi kemungkinan yang terjadi seperti meningkatnya jumlah korban Covid-19 yang takutnya malah semakin memperburuk keadaan. Menyerukan hidup sehat dengan cuci tangan saja sepertinya tidak akan menyelesaikan persoalan.
Karena dimana masyarakat sendiri kurang menyadari tentang bahaya Covid-19, bahkan saat Social Distancing diterapkan saja masih banyak yang melanggarnya, lalu bagaimana jika diterapkan New Normal? apakah masyarakat akan dengan mudah menerapkannya begitu saja? Harusnya Hal ini dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi pemerintah dalam menangani perekonomian dan pandemi ini secara bersamaan.
