Tatapan Nasib Aceh Barat di Tengah Banjir Menuju Semarak Idul Adha

Laporan: Tim SA Center
(Foto: Sulthan Alfaraby bersama Palang Merah Indonesia Meninjau Lokasi Banjir pada Beberapa Titik di Aceh Barat, Dok. Adil Kurniawan)

OLEH Sulthan Alfaraby, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pemuda Cinta Aceh melaporkan dari Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Email: alfarabymail@gmail.com

Pada hari Selasa malam (28/07/2020) sekitar pukul 20.00 Waktu Indonesia Barat (WIB), hujan di Kota Meulaboh seakan turun dengan mesranya. "Mesra" yang saya maksudkan adalah hujan turun dengan curah yang sangat stabil dan tidak terlalu deras. Seakan-akan hujan pada bulan Juli 2020 ini 'sengaja' membuat setiap orang enggan untuk keluar dari rumah masing-masing, baik itu untuk bercengkrama bersama teman-teman di warung kopi, jalan-jalan bersama keluarga atau berbelanja pakaian baru untuk menyambut Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriah (H). Apalagi, kondisi perkotaan "Bumi Teuku Umar" pada malam ini dibarengi dengan cuaca yang dingin.

Sontak, kondisi perkotaan yang sedang dilanda hujan beberapa hari ini dan dibarengi cuaca dingin, tidak membuat saya surut untuk pergi ke warung kopi agar bisa menjalankan "Bisnis Digital" yang sudah beberapa bulan yang lalu saya gencarkan. Lumayan, hasil bisnis digital tersebut bisa memenuhi sedikit kebutuhan hidup anak muda. Tepat pukul 21.30 WIB, saya mendapatkan pesan singkat dari seorang teman yang berprofesi sebagai relawan Palang Merah Indonesia (PMI) untuk ikut meninjau ke lapangan terkait kondisi korban banjir. Sontak, saya langsung berangkat menuju posko PMI di Desa Seuneubok Kabupaten Aceh Barat.

Sesampainya di posko PMI, kami berbincang sejenak terkait kondisi masyarakat yang terkena dampak banjir di Aceh Barat, seperti di desa yang berada dalam Kecamatan Johan Pahlawan, Kecamatan Kaway XVI dan Kecamatan Meureubo. Alhamdulillah, selama berada di posko, hujan pun sudah mulai reda. Sekitar 30 menit berbincang, kami langsung menuju ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan membawa senter untuk penerangan di lapangan dan mengendarai mobil dinas lapangan. Perjalanan pun memakan waktu sekitar kurang lebih 15 menit ke TKP yang pertama, yaitu Desa Pasie Mesjid Kecamatan Meureubo yang dikabarkan sudah terendam oleh banjir sejak pukul 09.00 pagi tadi.


Kami segera bergegas turun dari mobil dan meninjau lokasi banjir dan kondisi warga yang terkena dampak. Salah seorang ibu-ibu yang kami temui di salah satu warung mengaku kepada kami, bahwasanya beliau dan warga lainnya sangatlah membutuhkan bantuan untuk menerobos banjir yang bisa dikatakan sudah cukup tinggi, sehingga tidak bisa lagi dilalui oleh kendaraan roda dua bahkan roda empat. Bantuan yang dimaksudkan adalah dalam bentuk perahu karet agar bisa menerobos banjir yang merendam jalan-jalan di desa tersebut. Selain itu, warga yang berada di lokasi juga membutuhkan lampu untuk penerangan karena kondisi jalan di TKP sangatlah gelap.


Usai meninjau TKP dan berbincang bersama warga setempat sekitar 30 menit, maka kami langsung mendata serta mengambil publikasi di TKP kemudian izin pamit untuk melanjutkan perjalanan ke lokasi lainnya. Selama perjalanan, kami melihat banyak rumah-rumah warga yang terendam banjir, terlebih di desa yang berada dalam Kecamatan Kaway XVI. Dalam pantauan kami, air yang menggenang di mana-mana dan mengalir lumayan deras akibat hujan yang turun sejak pagi, serta ada juga rumah warga yang terkena banjir dengan ketinggian air mencapai hampir setengah pintu rumah. Setelah berkeliling sebagian lokasi-lokasi di Kabupaten Aceh Barat untuk meninjau kondisi masyarakat yang terkena banjir, maka kami memutuskan untuk pulang ke posko PMI dan akan segera menindaklanjuti secepatnya hasil kunjungan malam ini di TKP. 


Saya berharap, pemerintah Kabupaten Aceh Barat dan segenap stakeholders bisa bersama-sama terus memperhatikan kondisi yang serius ini. Apalagi, bencana alam semisal banjir sudah mendekati Hari Raya Idul Adha 1441 H. Banyak keluhan dari masyarakat dan sangat berharap adanya bantuan yang signifikan dan perhatian lebih daripada seluruh pihak, agar kondisi ini bisa cepat terselesaikan. Marilah kita atasi bencana dengan solusi tanpa saling membenci, agar masyarakat Aceh Barat dan semua pihak bisa tenang serta ikut semarak untuk menyambut Idul Adha atau yang disebut sebagai "Hari Raya Qurban" yang dirindu-rindukan akan jatuh pada akhir bulan Juli 2020 nanti.
Share:
Komentar

Berita Terkini