Kita dan Cahaya: Dari Singgasana Menuju Belantara

Laporan: Tim SA Center
OLEH: Muhammad Sulthan Alfaraby

TIDAK bisa dipungkiri lagi bahwa listrik merupakan suatu elemen penting yang mendukung berbagai sektor di dalam kehidupan kita. Sektor-sektor yang mendapat dukungan dari keberadaan listrik di dunia ini adalah sektor pendidikan, teknologi, ekonomi, hiburan dan masih banyak lagi. Peran listrik yang sudah memberikan dampak yang luar biasa dalam kemajuan peradaban manusia harus terus dijaga kelestariannya demi mewujudkan kemudahan di segala sektor kehidupan manusia modern. Dewasa ini, semua orang juga seharusnya bersyukur ketika bisa menikmati kemudahan dalam menggunakan listrik dalam menjalankan berbagai aktivitas sehari-hari, dibandingkan dengan beberapa abad silam yang dimana keadaan dunia belum tersentuh oleh fasilitas listrik seperti di zaman modern ini.

Dalam sektor pendidikan, peran listrik sangatlah penting dalam menunjang semangat pembelajaran serta kemudahan akses informasi. Berbagai sekolah dan kampus serta instansi pendidikan lainnya mau tidak mau akan semakin dituntut oleh kemajuan zaman untuk beralih dari sistem pembelajaran konvensional menjadi sistem pembelajaran 4.0. Sistem pembelajaran 4.0 ini merupakan sistem yang sudah menggunakan teknologi modern dalam pelaksanaannya, misalnya seperti papan tulis yang digantikan menggunakan proyektor infocus yang semakin memudahkan guru atau dosen dalam memberikan edukasi kepada murid. Selain itu, absensi kehadiran juga tak luput dari sentuhan teknologi yang menggunakan energi listrik.

Melihat fenomena tersebut, maka bisa dikatakan bahwa sektor pendidikan di zaman sekarang sekiranya sudah sangat mumpuni jika diaplikasikan dan dikolaborasikan dengan teknologi modern. Apalagi jika kita melihat kondisi global pada saat ini yang tengah dilanda pandemi Covid-19, maka tentu saja peran daripada energi listrik untuk menjalankan sistem pada teknologi sangatlah dibutuhkan.
Setelah sektor pendidikan, listrik juga banyak mempermudah kinerja manusia di sektor pertanian, misalnya budaya bertani dengan menggunakan sistem hidroponik yang merupakan perwujudan dari ‘menanam tanpa menggunakan tanah’, tapi hanya membutuhkan air dan nutrisi. Hidroponik ini sebenarnya sudah lama dikenal oleh petani modern dan sumber tenaganya bersumber dari energi listrik untuk mengaliri air di dalam pipa paralon.

Secara umum, sistem kerjanya yaitu dengan cara mengairi air dan nutrisi di bawah akar tanaman yang sudah dimasukkan ke dalam pipa paralon. Karena sistem kerja yang berprinsip otomatis dari hidroponik ini karena menggunakan energi listrik, maka tidak bisa menutup kemungkinan bahwa semua orang bisa menjadi petani. Petani yang memanfaatkan energi listrik pada hidroponik tidak harus selalu berada di kebun untuk menyiram dan hidroponik ini berjalan secara otomatis. Melihat dari segala kemudahan ini maka kita bisa menyimpulkan bahwa energi listrik ternyata sudah berkontribusi sangat banyak dalam segala hal di kehidupan manusia, hal ini tentunya sejalan dengan selogan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang kerap berkontribusi dalam bidang kelistrikan di Indonesia yaitu “Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik”.


Berbicara soal “Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik”, pada tahun 2020 PLN dikabarkan secara bertahap dan konsisten untuk terus menerangi desa-desa terpencil dengan program yang digadang-gadangnya yaitu “100% Desa Berlistrik”. Bahkan, PLN juga menargetkan penuh kinerjanya agar seluruh desa di Indonesia telah terlistriki pada tahun 2020 ini, Melihat dari program ini, maka kita selaku kaum terpelajar yang hidup di daerah ‘singgasana’ seperti pusat kota harus mendukung penuh hal tersebut serta terus menyalurkan pemikiran positif demi kemajuan masyarakat di ‘belantara’ yang kurang tersentuh dari peradaban modern. Kita bisa menilik dari kabar beberapa waktu lalu di salah satu media bahwa menjelamg 75 tahun Indonesia merdeka tapi masih ada ratusan desa yang belum menikmati listrik, tentunya ini menjadi kerisauan bersama yang harus kita benahi dan akhiri demi pemerataan listrik yang memadai ke depannya. Tentunya, program 100% Desa Berlistrik yang digenjot oleh PLN ini diharapkan mampu menuntaskan problematika yang terjadi di desa-desa terpencil yang dikelilingi oleh kondisi geografis yang ekstrim.

Kondisi geografis yang ekstrim di desa-desa terpencil jangan sampai menyurutkan semangat kita untuk memberikan cahaya demi kemajuan Indonesia. Karena pada dasarnya, Indonesia maju dikarenakan desa-desa juga mengalami pertumbuhan yang pesat dan tentunya jauh dari fenomena ketertinggalan. Jika desa-desa terabaikan, maka tidak menutup kemungkinan bahwa kemajuan Indonesia akan mengalami hambatan dikarenakan putera-puteri terbaik bangsa juga berasal dari desa-desa terpencil di Indonesia. Putera-puteri terbaik bangsa inilah yang juga harus menikmati fasilitas listrik dalam menjalankan pendidikan dan berbagai aktivitas kesehariannya.

Jika pendidikan mereka terhambat karena ketiadaan listrik yang memadai, maka sangat disayangkan jika masa depan mereka juga kemungkinan akan terhenti. Oleh sebab itu, melihat dari konteks yang kita ulas terkait pentingnya peranan listrik bagi kita dalam memberikan cahaya dari ‘singgasana’ ke ‘belantara’, maka sudah sepatutnya seluruh pihak bersinergi demi mewujudkan terealisasinya desa berlistrik dengan tujuan untuk memajukan peradaban di seluruh wilayah Indonesia yang harus dimulai dari pelosok.

*Penulis adalah seorang mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh dan kerap mengirimkan karya di berbagai media online terpercaya.
Share:
Komentar

Berita Terkini