Fenomena Pacaran dalam Berorganisasi

Laporan: Tim SA Center

OLEH: ANDRI WAHYUDI (Mahasiswa Universitas Malikussaleh)

SEPERTI yang kita ketahui kaderisasi bisa diibaratkan sebagi jantungnya sebuah organisasi, tanpa adanya kaderisasi rasanya sulit dibayangkan suatu organisasi mampu bergerak maju dan dinamis. Hal ini karena kaderisasilah yang menciptakan bibit-bibit baru yang nantinya akan memegang tongkat estafet perjuangan organisasi. Kaderisasi haruslah mampu menciptakan kader yang memiliki jiwa pemimpin, memiliki emosi yang terkontrol, kreatif dan mampu menjadi pemberi solusi untuk setiap permasalahan, harus memiliki mental yang kuat  dan  yang terpenting dapat menjadi seorang teladan bagi anggotanya. 

Aktivitas pacaran yg dilakukan sesama  anggota organisasi seperti sudah menjadi budaya dalam organisasi, bahkan cenderung sering membuat resah para anggota organisasi. Akibatnya anggota organisasi yang sebelumnya sangat aktif dan antusias dalam berorganisasi makin lama makin pudar bahkan hilang jejak entah ke mana perginya.

Hal ini biasanya terjadi jika di dalam organisasi ada anggota yang berpacaran lalu kemudian ada masalah antar mereka, ini membuat satu sama lain saling minder dan tidak aktif lagi dalam berbagai kegiatan organisasi. Lalu organisasi yang disalahkan, padahal yang melakukan kesalahan adalah oknum-oknum organisasi.

Padahal keaktifan anggota dalam mengisi kegiatan organisasi sangat dibutuhkan guna mewujudkan tujuan organisasi. Selain itu organisasi adalah sebagai wadah menyatukan dan menguatkan silaturahmi antar anggota. Terlebih organisasi pelajar yang dilatar belakangi organisasi paguyuban yang rata-rata para perantau dari jauh, harusnya bisa lebih menyatu dan menguatkan silaturahmi di daerah rantauan.

Oleh karenanya pacaran ini menjadi salah satu sumber petaka bagi organisasi. Sudah banyak kasus-kasus yang sama biasa terjadi hampir di berbagai organisasi. Tidak jarang anggota yang merasa sakit hati disebabkan pacaran, lantas ia mempengaruhi teman-temannya atau anggota yang lain untuk tidak perlu aktif lagi di organisasi, terjadilah istilah stereo type, yang tersakiti oleh pacarnya dengan mudah menyalahkan semua anggota lainnya, sungguh miris sekali kita melihatnya.

Untuk melakukan perubahan dan kemajuan di suatu organisasi maka harus mengutamakan kaderisasi, bukan pacarisasi terhadap sesama anggota. karena kaderisasi memang dirasa sangat penting untuk dilakukan, karena proses ini berdampak jangka panjang. Hasil dari pengkaderan tidak dapat dilihat secara langsung dan instan. Dampaknya merupakan suatu proses belajar dan penyesuaian sesuai tujuan kaderisasi itu sendiri, pada suatu keadaan atau kondisi dimana ia tinggal.
Share:
Komentar

Berita Terkini