Wabup Aceh Besar Minta Penebangan Liar Dihentikan

Laporan: Azhar author photo
Wabup Aceh Besar Minta Penebangan Liar Dihentikan
Wakil Bupati Aceh Besar, Tgk Husaini A Wahab. 

Liputan23. Com | Banda Aceh - Wakil Bupati Aceh Besar, Tgk Husaini A Wahab menyerukan kepada para pelaku penebangan liar (illegal logging) untuk berhenti dan taubat tidak lagi menebang kayu secara ilegal di Kawasan Hutan Gunung Seulawah. Karena, katanya, menebang pohon di kawasan hutan lindung yang merupakan kawasan sumber mata air bagi bendungan irigasi, lebih banyak mudaratnya, dari pada manfaatnya.

“Kalau kawasan hutan lindung yang menjadi tempat penampungan air pada musim hujan terus digunduli dengan cara menebang pohonnya, bisa membuat hulu Krueng Aceh mengalami kekeringan,” tegas Waled Husaini.

Jika air di sungai sudah kering, katanya, apa lagi yang mau dilepas ke sawah petani. “Sudahi kegiatan penebangan liar, istirahat dan berhenti melakukan penebangan kayu,” tandas Waled Husaini, pada acara pelepasan air  untuk musim tanam gadu 2021, Senin (17/5/2021), di bendungan Krueng Aceh, Gampong Seunebok, Kecamatan Seulimuem, Aceh Besar.

Dikatakan, banyak juga orang di sekitar kawasan hutan lindung yang menafkahi keluarganya bukan dengan menebang pohon, tapi mereka juga bisa tetap beli beras dan keluarganya tetap makan. “Tapi kenapa kita yang selama ini melakukan penebangan pohon, tidak mau menyetop kegiatan yang dapat membuat banyak orang menjadi melarat dan miskin,” ujar Husaini.

Selanjutnya kepada para petani yang ikut tanam padi gadu, Husaini mengimbau untuk manfaatkan air seefektif mungkin. Jangan karena sawahnya berada dekat saluran induk, membuka pintu pembagi air sesuka hati, sehingga sawah petani lain yang berada jauh tidak kedapatan.

Waled Husaini juga meminta kepada Pengurus Keujruen Blang, bisa mengatur air di musim tanam gadu ini dengan adil, merata dan bijaksana. Sehingga petani yang berada dekat dengan saluran induk pembagi bisa mendapatkan air secara merata dan berkeadilan.

Sementara Kepala Dinas Pengairan Aceh, Ade Suria ST MT mengatakan, pada musim tanam gadu, volume air yang tersedia sangat terbatas dan diharapkan kepada petani yang merasa sawahnya jauh dari saluran induk pembagi air irigasi, jangan memaksakan kehendak untuk ikut tanam padi gadu. Alasannya, pada saat tanaman padi butuh air banyak, dan air yang dibutuhkan tidak tersuplai air dengan volume yang cukup, tanaman padinya nanti, bisa mengalami kekeringan dan puso.

Kadis PUPR Aceh Besar, Syahrial ST MT menjelaskan, pada musim tanam gadu 2021 ini, target rencana tanam padi di Aceh Besar sekitar 10.000 hektare, diantaranya dari dukungan air irigasi Krueng Aceh, Seulimuem sekitar 5.500 hektare, dari dukungan air Irigasi Krueng Jrue, Indrapuri, 3.500 hektare dan dari bendungan lokal di gampong seluas 1.500 hektare.

Dikatakan, pada musim tanam rendeng, kapasitas aliran air Bendungan Krueng Aceh bisa mengaliri areal seluas 7.000 hektare, tapi di musim tanam gadu, kapasitasnya berkurang menjadi 5.500 hektare.

Oleh karena itu, pada musim tanam gadu ini, kata Syahrial, ada sekitar 1.500 hektare sawah yang tidak bisa ditanami padi gadu, karena terbatasnya volume air yang tersedia di bendungan irigasi Krueng Aceh, Seulimuem.() 

Share:
Komentar

Berita Terkini