Salah Satu Strategi Hidupkan Pariwisata Jatim, Munculkan Pangsa Pasar Baru

Laporan: Redaksi author photo

Liputan23.com|Surabaya - Sejak pandemi Covid-19 menyerang pada Maret 2020, sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang sangat terdampak.

Tidak cuma tempat wisatanya saja, tapi juga instrumen pendukung lainnya seperti hotel, tempat oleh-oleh, pelaku UMKM, transportasi wisata, dan sebagainya. Maka dari itu dibutuhkannya strategi yang tepat untuk memulihkan dengan cepat.

Dosen Industri Kreatif Universitas Airlangga, Satriya Wibawa S.Sos, MCA, Pd.d saat dialog interaktif Dinamika Jawa Timur, Senin (7/6/2021) mengatakan, peraturan pemerintah untuk tetap dirumah saja dan tidak boleh berkerumun berimbas pada pariwisata.

Sektor pariwisata berkaitan erat dengan mobilitas manusia dan kerumunan. Semakin ramai kerumunan menjadikan suatu indikasi yang baik bagi pariwisata, sementara peraturan yang berlaku saat ini adalah tidak boleh berkerumun.

Dalam Industri kreatif, Sektor pariwisata ini memang sektor yang paling terpukul. Ada dua komponen yang juga ikut terpukul, yakni people and crowd. People Mobility manusia itu kan tidak boleh ya sekarang ini.

Sementara pariwisata membutuhkan mobility. Kemudian yang kedua, kerumunan. Bahwasanya untuk pariwisata, semakin berkerumun indikasinya semakin bagus, sementara saat ini kita tidak boleh berkerumun.

"Nah, dua aspek dari pariwisata inilah yang dihantam oleh Covid-19 sehingga memang yang paling terasa terkena pukulan adalah tempat pariwasata ini, dimana-mana bahkan di seluruh dunia.” tuturnya.

Ditambahkan Satriya Wibawa, sektor Pariwisata di Jatim mengalami penurunan hingga 83%. Namun hal yang patut disyukuri, Jatim masih bisa sedikit bernafas lega jika dibanding Bali yang banyak mengandalkan sektor pariwisata.

Selain itu adanya mobilitas lokal dianggap sangat membantu dalam pertumbuhan pariwisata di Jatim. “Kunjungan wisata lokal ke Mojokerto dan sekitarnya, Batu, Malang, Trawas, Pacet cukup tinggi.” Imbuhnya.

Wakil ketua I DPD ASPPI (Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia) Jawa Timur, Riadi Asmed mengatakan, untuk memajukan kepariwisataan Jawa Timur harus disusun rencana program yang inovatif, adaptif, kolaborasi, serta bersinergi bersama stakeholder yang ada.

Adaptasi kondisi juga diperlukan mengingat pada tahun 2021 sudah mulai banyak perjalanan pariwisata yang diperbolehkan.

“Saya berharap wisata di Jawa Timur dapat berjalan sesuai yang diharapkan dan tentunya disertai dengan pengetrapan protokol kesehatan yang telah ditetapkan, “ harap Riadi Asmed.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim, Dwi Cahyono Inggil, mengatakan, tidak hanya wisata alam, hotel dan restoran dianggap dapat memunculkan pangsa pasar baru untuk dunia pariwisata.

Untuk itu PHRI meminta bantuan pemerintah baik dari Kementrian maupun BUMN untuk menyelenggarakan event di hotel ataupun restoran untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat.

“Kalau hotel itu kelihatan sudah penuh, restoran sudah ada booking, sudah ada mobil parkir didepan banyak, itu masyarakat bisa optimis untuk melihat kedepan,” terang Dwi Cahyono Inggil.

Strategi yang memungkinkan untuk dilakukan oleh pelaku wisata saat ini adalah dengan membuat paket bundling untuk perjalanan wisata.

Pelaku wisata juga bisa mencari pangsa pasar baru dikalangan anak muda dengan gerakan staycation atau berlibur di hotel.

Hal tersebut juga harus didukung dengan menjalankan protokol kesehatan yang ketat pada tempat pariwisata sehingga bisa membangun presepsi masyarakat bahwa wisata tersebut aman untuk dikunjungi.(inp_red)

Share:
Komentar

Berita Terkini