Budayawan Apresiasi Kaum Milenial Cintai Budaya Batak Toba

Laporan: Redaksi author photo

Liputan23.com|Toba  -  Budayawan Batak Toba, Thompson HS memberikan perhatian penuh pada kelestarian budaya Batak Toba bagi kaum muda, atau yang kerap disebut kaum milenial.

Secara khusus, ia memberi perhatian bagi kaum milenil di Toba dengan kegiatan sendratari yang diselenggarakan di Desa Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba.

Pemilihan lokasi ini sebagai tempat latihan sendratari adalah untuk mendekatkan kaum milenial Toba dengan suasana kampung Batak Toba dan Danau Toba, yang ia yakini pemberi semangat.

Berangkat dari kemampuannya mengabadikan karya di bidang seni seputar Batak Toba, ia akhirnya terpanggil mengumpulkan kaum muda dan bergerak bersama mengembangkan budaya Batak Toba.

Kegiatan Teater, sendratari, dan kelompok seni lainnya ia hidupkan di tengah kaum muda. Pria yang lahir di Tapanuli Utara tepatnya pada 12 September 1968.

Pria ini menggeluti dunia sastra dan seni budaya, khususnya pemberdayaan kaum muda di bidang teater, sendra tari, dan dunia lakon. Dan bakatnya ia salurkan kepada kaum muda di seluruh kawasan Danau Toba.

Maka, tak heran bila ia berpindah-pindah untuk menemani kaum muda yang tengah berlatih dan memperdalam ilmu seputar budaya Batak Toba.

Pria yang setia menggunakan ulos ini menyampaikan bahwa kunci upaya pelestarian budaya adalah konsistensi dan disiplin berlatih. Baginya, generasi milenial saat ini adalah generasi yang jenius dan Setelah menjalani masa pendidikan hingga SMA di Tarutung, ia melanjutkan ke Universitas Sumatera Utara pada program studi Bahasa dan Sastra Indonesia.

Selama kuliah, ia ternyata aktif menorehkan karyanya; puisi, cerpen esai di berbagi media dan bermain teater. Bukan hanya itu, ia juga menulis sejumlah teks dan naskah pertunjukan serta mengikuti sejumlah forum teater dan sastrawan di Indonesia.

Karena dunia yang digelutinya, ia mendapatkan sejumlah penghargaan antara lain: Hibah Yayasan Kelola pada tahun 2003, Penghargaan Seniman Berprestasi Sumatera Utara pada tahun 2006, Penghargaan Tokoh Teater Sumut versi Teater O USU pada tahun 2009.

Beberapa tahun kemudian, ia mendapat Penghargaan Mutiara Bangsa Berkhazanah pada tahun 2014, Penghargaan Kebudayaan terkait Pelestarian Opera Batak dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) pada tahun 2016, Penghargaan Tokoh Teater Sumut versi Teater O USU pada tahun 2016, dan Beasiswa Studi Tur ke Jerman (Desember 20217 hingga Februari 2018) dari Koeln Gymansial - Und Stifftungfonds pada tahun 2017.

Kini, pria yang berumur 53 ini masih terus bergerak dan berjuang. Mengelilingi kawasan Danau Toba ibarat seorang musafir sambil menyerukan pentingnya pelestarian bagi kaum muda.

Kegiatan terakhir, ia tengah melatih sendratari bagi empat kabupaten di kawasan Danau Toba yang akan dipertontonkan di lima kota besar di Indonesia.

"Kita masih berlatih sendratari dan ini akan dimainkan di 5 kota besar di Indonesia. Bagiku, kaum muda, kaum milenial ini adalah orang-orang jenius uang kita gerakkan menjadi pelestari budaya Batak Toba," ujar Thompson HS saat dikonfirmasi pada Sabtu (3/7/2021).

"Sejak tahun 2002, saya berikan perhatian kepada mereka (kaum milenial). Kita melihat kerinduan mereka seperti kita. Nah, itulah yang membuat kita semakin bersemangat dalam berlatih," sambungnya.

Iya menyampaikan bahwa generasi milenial harus diperhatikan dari sisi budaya agar tetap memiliki kerinduan akan pentingnya budaya.

Memang, ia telah mendirikan Pusat Latihan Operasi Batak (Plot) di Pematangsiantar serta Toba Writer Forum (TWF) dan Sanggar Sitopak Sada di Medan.(inp_red)

Share:
Komentar

Berita Terkini