ISAD Selenggarakan Pengajian Tastafi Bahas Kemerdekaan Palestina dan Akidah Generasi Muda

Laporan: REDAKSI author photo


Banda Aceh – Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD), Majelis Tastafi Banda Aceh dan Himpunan Pengusaha Santri Indonesia - Aceh HIPSI Aceh, kembali menyelenggarakan pengajian rutin bulanan yang membahas berbagai isu aktual yang menerpa umat Islam. 

Pengajian kali ini yang berlangsung di Hotel Hermes Palace membahas tema “Cita-cita Kemerdekaan Palestina dan Pentingnya Penguatan Akidah Generasi Muda Aceh”, Minggu malam, 22 Oktober 2023.

Hadir sebagai narasumber yaitu Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Prof. Dr. Muhibuthabary, M.Ag yang juga Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry dan Pimpinan Dayah Khamsatu Anwar dan Dewan Pembina ISAD, Dr. Tgk. Sirajuddin Saman, MA.

Di awali pengajian yang dimoderatori oleh da'i millenial Aceh Tgk Aulia Agustiar ini, Prof. Dr. Muhibuthabary memulai dengan membaca Alquran Surah Al Maidah ayat 21 yang berbicara tentang tanah suci Palestina. Menurut Prof. Dr. Muhibuthabary, persoalan penjajahan Israel terhadap Palestina hari ini  adalah termasuk bagian yang harus kita jihadkan. 

“Paradigma jihad di Palestina, baik yang dilakukan oleh Hamas atau kelompok lain itu adalah hak mereka. Termasuk hak kita sebagai muslim (untuk menjaga kemuliaan Islam). Jihad mempertahankan kemuliaan Masjidil Aqsha adalah Fardhu ‘Ain. Setiap warga Palestina yang syahid dalam membela kemuliaan Masjidil Aqsha maka ia syahid di dunia dan akhirat, “ ujar Prof. Muhibutabhary.

Prof. Dr. Muhibuthabary juga menyinggung tentang aqidah anak-anak Palestina begitu semangat dalam jihad membela kemuliaan Islam dan kaum muslimin, membela kemuliaan Masjidil Aqsha. 

“Mereka ditangkap tentara Israel tapi tetap tersenyum. Itu mencerminkan bagaimana kuatnya akidah mereka dan oleh sebab itu kita mesti belajar dari kuatnya akidah mereka. Diterpa berbagai kepahitan hidup dalam perjuangan membela negerinya dan Masjidl Aqsha namun mereka tetap tersenyum saat ditangkap tentara Israel, “ kata Prof. Dr. Muhibuthabary.

Dalam pengajian ini, Prof. Dr. Muhibuthabary juga menampilkan di layar fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) AcehNo 3  tahun 2021 tentang Hukum Membela Masjidil Aqsha dan Status Syahid dalam Perspektif Syari’at Islam.

Dalam fatwa ini, disebutkan bahwa membela Masjidil Aqsha  di Palestina adalah menjaga kehormatan dan mempertahankan eksistensi Masjidil Aqsha dari berbagai upaya perampasan,  perusakan,  penodaan dan penistaan yang dilakukan oleh zionis Israel dan  pihak-pihak lain.

Disebutkan juga pada poin kedua, bahwa setiap muslim berkewajiban  membela diri,  kehormatan,  harta,  tanah air dan tempat suci agamanya. 

Maka oleh sebab itu, pada poin ketiga dijelaskan bahwa membela Masjidil Aqsha dapat diwujudkan dalam bentuk jihad, baik dengan  harta maupun jiwa-raga serta berbagai upaya   diplomasi lainnya. Lalu pada poin Keempat dijelaskabn bahwa  jihad   dilakukan   oleh     umat   Islam    berdasarkan   kapasitas   dan kewenangan masing-masing individu,  lembaga  dan negara.

“Membela  Masjidil  Aqsha  hukumnya  Fardhu  'Ain bagi umat  Islam  di Palestina dan Fardhu Kifayah bagi umat Islam  lainnya, “ demikian bunyi poin kelima fatwa MPU yang ditandangani oleh Tgk. H. Faisal Ali dan Prof. Dr. Muhibuthabary sebagai salah satu wakil Ketua MPU Aceh juga ikut menandatangani fatwa tersebut.

Fatwa ini juga menyebutkan bahwa Para pejuang muslim dan masyarakat sipil  muslim di Palestina yang gugur saat  perang  membela  Masjidil  Aqsha  statusnya  adalah  mati syahid dunia akhirat. Sementara itu, para pejuang  muslim  dan masyarakat sipil   muslim Palestina yang meninggal di  luar  zona dan  waktu perang,  statusnya  adalah  syahid akhirat.

Oleh sebab itu, para lama dalam tausyiahnya di fatwa ini mengharapkan kepada Pemerintah Aceh untuk lebih  berperan aktif mendukung perjuangan  umat  Islam  Palestina  dalam  membela dan mempertahankan Masjidil Aqsha. Juga diharapkan kepada Pemerintah Aceh untuk  memberi bantuan kemanusiaan kepada   masyarakat Palestina   baik moril maupun materil. Diharapkan kepada masyarakat Aceh  untuk  berpartisipasi memberi bantuan  materil dalam bentuk  sumbangan dan spirituil seperti do'a dan qunut  nazilah.

Dan terakhir, diharapkan    kepada    masyarakat    Aceh     untuk     selektif   dalam menyalurkan  donasi melalui lembaga resmi,  amanah dan terpercaya.

Prof. Dr. Muhibuthabary di akhir penyampaikan beliau juga mengingatkan bahwa Yahudi dan nasrani memang tidak akan pernah senang kepada kita sebelum kita ikuti agama mereka. Maka oleh sebab itu, beliau mendorong  agar aak-anak muda Aceh harus lebih aktif mengikuti kajian tentang Palestina.

“Sehingga mereka bisa melihat bagaimana kuatnya akidah kuat anak-anak Palestina. Bagaimana agar-agar anak Aceh memiliki akidah yang kuat, “ harap Prof. Dr. Muhibuthabary yang juga Guru Besar UIN Ar-Raniry ini.

Sementara itu, narasumber lainnya, Dr. Tgk. Sirajuddin Saman dalam ulasannya banyak menyinggung tentang problem lemahnya akidah generasi muda Islam dewasa ini.

“Apa sebab akidah generasi muda kita lemah? Karena tidak ditopang oleh wawasan yang cukup. Padahal bukti kebenaran Islam cukup melimpah. Tapi tanpa pengetahuan dan kesadaran tentang kebenaran Islam, bahwa kebenaran Islam dari Allah, maka akidah generasi muda kita akan lemah, “ ujar Pimpinan Dayah Khamsatu Anwar Aceh Besar ini.

Dalam ulasannya, Tgk.Sirajuddin Saman juga mengulas kerusakan-kerusakan di Aceh dewasa ini akibat lemahnya akidah. Beliau juga mendorong agar generasi muda Aceh senaniasa memperkuat kapasitas diri dengan membaca sebanyak mungkin.
Share:
Komentar

Berita Terkini