Ada yang menarik di Aceh. Dua masjid berdiri kokoh. Keduanya megah, indah, dan... saboh sidroe. Satu di Banda Aceh, satu lagi di Aceh Besar.
Masjid Harun Keuchik Leumik. Terletak di Desa Lamseupeung, Banda Aceh. Dibangun oleh Haji Harun Keuchik Leumik. Tidak ada dana pemerintah. Tidak ada kotak infak keliling. Dana murni dari satu orang.
Masjid ini mulai dibangun pada 2019. Gaya arsitekturnya? Timur Tengah. Kubah emasnya mengingatkan pada Masjid Nabawi. Bahkan, pohon kurma ditanam di halaman.
Bukan hanya untuk ibadah. Masjid ini jadi tempat akad nikah favorit. Pengantin muda suka ke sini. Mungkin karena interiornya yang mewah. Mungkin juga karena ingin foto-foto di dalamnya. Instagramable, kata mereka.
Lampu gantung besar di kubahnya menjadi ikon. Siapa pun yang masuk, matanya langsung tertuju ke sana. Lantai masjid selalu bersih. Wangi. Tak ada sandal berserakan di depan pintu.
Di Banda Aceh, Masjid Harun seperti oase. Dekat dari Krueng Aceh. Dari kejauhan, kubahnya yang emas itu sudah menyapa.
Lalu kedua, ada Masjid Bani Hasyim. Ini cerita berbeda. Letaknya di Gampong Meurandeh, Aceh Besar. Tidak jauh dari wisata kebun kurma.
Masjid ini berdiri di atas bukit. Kalau sore hari, pemandangan di sini luar biasa. Sunset dari pelataran masjid menjadi daya tarik tersendiri. Jamaah sering menghabiskan waktu lebih lama setelah shalat.
Dibangun oleh Ir. H. Sanusi Hasyim, MM. Juga saboh sidroe. Proses pembangunannya dimulai pada 2018. Selesai dua tahun kemudian. Masjid ini menampung ratusan jamaah. Luas bangunan utamanya 15x15 meter. Ditambah pelataran, totalnya sekitar 350 meter persegi.
Arsitektur masjidnya menawan. Tidak berlebihan, tapi elegan. Yang menarik, lokasinya. Perbukitan di sekitarnya menambah aura spiritual. Masjid ini seperti bersanding dengan langit.
Apa yang Sama?
Harun dan Sanusi. Dua nama besar di Aceh. Dua karakter berbeda. Tapi tujuannya sama: membangun masjid untuk umat.
Masjid Harun memadukan kemewahan dan fungsi. Tempat ibadah yang juga destinasi wisata. Sedangkan Masjid Bani Hasyim lebih sederhana, tapi penuh makna. Menjadi tempat perhentian jamaah yang mencari kedamaian.
Keduanya dibangun dengan satu prinsip: almasajid lillah. Masjid untuk Allah.
Sanusi Hasyim, teknokrat. Lahir di Aceh Besar, besar juga di sana. Sarjana Teknik Mesin dari Universitas Syiah Kuala, gelar Magister Manajemen diraih di USU.
Kariernya melesat di sektor konstruksi. Pernah jadi staf, naik jadi General Manager. Pernah di PT Waskita Beton Precast Tbk. Orangnya rapi, tegas. Soal mutu, tidak main-main.
Sekarang maju sebagai Cawabup Aceh Besar. Visi Pembangunan yang terintegrasi dan kemajuan berkelanjutan. Sanusi bukan cuma ahli teknis. Ia paham juga betul kebutuhan rakyat. Aceh Besar bisa maju. Kalau sosok sepertinya dipercaya.